Pengalaman Menginap Di Penginapan Mess Matahari Pangkalan Bun

Januari 09, 2018

Lobby utama resepsionis

Sebagai salah satu gerbang masuk menuju Taman Nasional Tanjung Puting tentu saja tak ayal Pangkalan Bun menjadi kota persinggahan sementara baik itu sebelum atau setelah berpetualang dari hutan Kalimantan. Pun, begitu yang saya lakukan. Datang satu hari sebelum trip Live On Board (LOB) dimulai tentu saja Pangkalan Bun menjadi pilihan utama saya untuk merasakan sensasi kota yang dikenal dengan julukan Kota Manis ini. Sebagai solo traveler dan menginap hanya satu malam, tentu juga saya akan berpikir masak-masak untuk menghabiskan kocek lebih hanya untuk sebuah kasur dan bantal. Meski demikian saya juga tidak mau asal-asalan mendapatkan penginapan yang begitu saja, murah tapi bukan murahan ya, begitulah slogan saya.
Hasil perselancaran di dunia maya dan tanya sana-sini saya mendapatkan beberapa rekokmendasi penginapan murah. Berbasih hotel sih, tapi harga sangat bersahabat dengan yang ditawarkan. Karena first time menginjakkan kaki di Kalimantan dan pertama kali juga ke Pangkalan Bun tentu saya sangat selektif mencari penginapan yang sesuai dengan selera dan budget. Di satu sisi saya perempuan, seorang diri, tidak mau asal-asalan dapat penginapan. Intinya aman, bersih, terjangkau dan strategis.

Tangga menuju bawah

Ternyata banyak sekali mess-mess atau hotel-hotel murah yang berada di Pangkalan Bun. Tapi salah satu hotel yang direkomendasikan tersebut, setelah saya baca beberapa review di internet dan tripadvisor kurang membuat saya yakin. Oke akhirnya skip. Setelahnya beberapa mess yang direkomendasikan oleh teman-teman hasil saya bertanya di sosial media, juga membuat keyakinan saya kurang mantap. Pasalnya, tidak ada review yang bertebaran di internet dan setelah saya telp, petugas di seberang sana menjawab, “Khusus sales dari Jakarta, tapi kalau mau nginep ga pa pa, confirm dulu dan DP.” Yaah, masih belum mudeng dengan kata sales akhirnya saya mencoba mencari penginapan lain. Saya tidak mau, kalang-kabut lagi sampai di tekape. Sudah masuk kamar, tidak oke, pindah penginapan. Oh no. I don’t want to get that bad experience. Soalnya pernah pengalaman di Sulawesi ketemu sesama traveler, pindah penginapan karena yang sebelumnya terkesan horror. Ih kan takut ya. Kalau malam-malam lagi tidur trus ada yang nyanyi-nyanyi atau manggil-manggil nama, gilanya lagi kalau sampai mati lampu. Fixed, bersabar. Oke, optimis ada yang terbaik bakal didapat.
Kembali saya ubek-ubek aplikasi booking online, mencari-cari informasi di internet, sosial media dan berbagai informasi yang saya kumpulkan. Even kata temen-teman, rempong amat dengan penginapan, tapi saya tidak peduli. This’s my journey, I deserve the best

Cable TV in bedroom

Yap, berkat ikhtiar yang luar biasa, optimis dan kegigihan finally saya menemukan sebuah penginapan yang tampak apik-di potonya. Fasilitas pun lengkap. Awalnya jujur, juga masih sangsi karena tidak ada review yang bertebaran untuk penginapan ini. Tapi, saya kuatkan keyakinan untuk booking online dengan gagasan, “Masa iya sekelas Traveloka akan memberikan rekomendasi penginapan ecek-ecek.” Karena hotel kelas murah (hotel pembanding) yang cukup ternama di Pangkalan Bun tersebut tidak terdapat di Traveloka dan review di tripadvisor pun kurang bagus. Akhirnya, bismillah Mess Matahari semoga yang terbaik, meski belum ada yang review di internet, I’ll do it, the only and the first one who review it. And this is….

Jum’at, 22 December 2017
          Sehari sebelum keberangkatan ke Pangkalan Bun, ada nomor baru yang menelpon saya di pagi hari. Berhubung tidak dikenal, otomatis tidak saya angkat. Selang telp mati masuk lah sms. Oops, ternyata dari salah seorang staff Mess Melati yang mau konfirmasi kedatangan saya. Lalu, tiba-tiba ada pertanyaan, dijemput apa ga? Whats, ada fasilitas jemput ternyata. Tadinya memang saya sudah berencana mau naik ojek saja ke penginapannya dari bandara Iskandar, mentok tidak dapat ojek ya naik taxi bandara. Tapi berhubung bisa dijemput langsung oleh staff Mess Matahari, tentu saja saya mengambil opsi yang ini. Ibarat kata, cari aman. So, fasilitas pertama yang saya dapat dari Mess Matahari adalah jemput bandara. Karena sendiri ya dijemputnya pakai motor. So, bisa leluasa menikmati angin Pangkalan Bun dan kenyamanan jalan rayanya yang sepi tidak sepadat Jakarta. Oya, untuk fasilitas jemput bandara ini tentu ada biaya tersendiri ya. It’s not free guys

Dibonceng Pak Upi

         Berdasarkan Traveloka, Mess Matahari ini hanya berjarak 6KM sahaja dari bandara Iskandar dan terletak juga di pusat kota serta tidak sampai 1KM menuju Istana Kuning, salah satu andalah objek wisata di Pangkalan Bun (I’ll write in the next post, one day tour Pangkalan Bun.) So, the next upportunity staying here is the location in central city, strategic.

    Well, biar lebih rincinya lagi, ini loh fasilitas-fasilitas keren, kece badai yang ditawarkan oleh Mess Matahari :
   1. Harga
        Of course, harga pertimbangan utama bagi saya jika berbicara soal penginapan. Harga penginapan pun tergantung dari perjalanan yang sedang saya lakoni. Ada kalanya, memang sedang liburan mahal, yo tentu nginepnya di hotel kelas bintang. Tapi ada pula lagi sedang backpackeran, tentu penginapannya juga kelas backpacker. Lagi-lagi karena ini adalah solo trip, hemat budget, tentu ya cari penginapan yang murah tapi fasilitas bintang lima (kalau bisa). Berapa harga semalam di Mess Matahari? Oh guys, only 100k. Iya, cepek, seratus ribu rupiah. Rp 100.000,- semalam jika booking on the spot atau langsung via contact Mess Mataharinya. Namun, kalau booking via Traveloka Rp 120.000,-. Perbedaan harga ini saya ketahui setelah ngobrol santai dengan petugas Mess Matahari. But, worth it lah ya, apalagi dengan fasilitas lengkapnya loh. 

Balcone lantai 2
            2. WIFI
             Fasilitas berikutnya yang membuat saya klepek-klepek tidak mau lepas dengan HP adalah internet gratisnya yang super-duper kenceng sampai lantai 2 sekalipun, di mana kamar saya berada. Entahlah, apa sedang sepi tamu (semua kamar tidak penuh) atau memang Mess Matahari cukup tahu kebutuhan tamu akan hal yang satu ini. Pokoke, WIFI nya top markotop.  
Rentetan kamar bawah di malam hari
                         3.  Para petugas yang ramah
         Petugas yang saya temui, Pak Upi dan Mas Ferry adalah dua orang yang berjasa dalam perjalanan saya kali ini. Pak Upi yang bersedia jemput ke Bandara dan malam harinya mau berbagi cerita kisah kelam Sampit beberapa tahun silam. Ilmu baru euy. Pun Ketika kelaparan menghadang di siang menjelang sore hari itu karena rintik air hujan yang tidak kunjung reda, untung ada Mas Ferry yang mau saya culik untuk mencari tempat makan sekaligus keliling-keliling Pangkalan Bun (Yap, I promise will write in the next post, one day tour Pangkalan Bun).
Sejatinya ada tiga orang petugas Mess Matahari, yang bekerja shift dan stand by 24 jam.

Berasa di rumah
              4. Kamar
             Ada 11 kamar tersedia di sini. 9 kamar di lantai bawah dan 2 kamar di lantai atas. Masing-masing kamar tersebut di dalamnya fasilitas lengkap, AC, TV, meja, kursi dan 1 bed. Oya, satu lagi cermin. Maklum wanita, jadi bentar-bentar ngaca kesenengan, apalagi cerminnya cukup gede.
Kamar saya ada di lantai 2, nomor 10, persis kamar pertama ketika sampai di lantai atas. Sebenarnya ada 3 kamar di lantai atas, tapi ternyata yang satunya dipakai untuk kantor dan juga terdapat ruangan kantor lainnya di lantai dua. Awalnya saya pikir adalah kantornya Mess Matahari, hampir saja ingin ngobrol-ngobrol dengan orang yang ada di sana, kali ada ownernya, bisa belajar atau siapa tahu ada peluang. Tapi ternyata itu adalah kantor ‘nebeng’, katanya memang sih masih ada hubungan saudaraan dengan Mess Matahari.
Meski tiap-tiap kamar hanya terdapat 1 bed, tapi ternyata bisa tambah ekstra bed jika mau sekamar berdua. Saya melihat tamu di lantai bawah bawa baby dan suaminya, ternyata mereka satu kamar tambah ekstra bed, begitu jawab pak Upi ketika saya tanya karena kasihan saja bapak emak si baby jika pisah ranjang.

1 exclusive bed
            5. Free Breakfast       
         Tadinya saya kira hanya breakfast standar saja. Sing penting ada. Paling ya secangkir teh, 2 lapis roti atau semacamnya. Tapi ternyata tidak. Sarapannya nasi. Nasi yang katanya nasi kuning, tapi berwarna agak merah, sebiji cabe merah besar dan 2 potong chicken ala-ala. But, again and again, worth it lah. Pagi-pagi sudah sarapan nasi, Indonesia banget cuy.
Sarapan … jangan focus ke cabenya ya
Mari nge-teh
                6. Pantry room-nya oke badai
              Ada piring, mangkok, gelas, sendok, garpu dan cangkir buat nyeduh teh dan kopi sesuka hati. Ada rak piring mini juga, wastafel dan yang tidak kalah luar biasanya air gallon yang selalu stand by dengan normal water and hot waternya. Duh gusti, sebagai pecinta air anget tentu saja saya bahagia luar biasa bisa isi ulang si merah (termos botol minum) berkali-kali untuk diteguk. 

The green pantry
                7. Bathroom
           Meski sharing kamar mandi tapi kebesihannya cukup diperhatikan. Ada shower juga, bagi tamu yang suka pakai shower atau bagi yang suka mandi pakai gayung, ciduk-ciduk, juga ada ember. Toiletnya, toilet jongkok. Dan yang terpenting, bersih. 
Menuju bathroom
                 8. Cozy corner
            Ada beberapa cozy room yang sangat apik di penginapan ini. Selain konsepnya yang warna-warni, background pas buat poto ala-ala instragramable, ada beberapa titik cozy room yang membuat saya betah dan nyaman. Persisnya di lantai dua, ketika naik tangga sudah ada sofa dan TV terpampang yang bisa dinikmati tamu. Selain itu meja makan yang di belakang juga mempercantik suasana penginapan yang homy. Tidak ketinggalan juga ada tempat jemur pakaiannya persis depan penginapan lantai dua, langsung menantang matahari. Sure, dengan teriknya matahari Pangkalan Bun, handuk basah habis mandi bisa langsung kering dalam beberapa menit.  
Bikin bentah santai-santai
          9. Rental Motor
             Nah, yang satu ini juga tidak kalah pentingnya. Meski Pangkalan Bun adalah kota kecil yang even kata penduduknya, “ya gini-gini aja mbak” tapi jika punya waktu lebih sebelum atau setelah dari Tanjung Putting, eksplorasilah! Saya pribadi, jatuh cinta dengan kota ini karena jalanannya yang luas tapi tidak crowded kendaraan. Pokoknya ada sesuatu yang klik antara kota ini dan saya.
Untuk putar-putar Pangkalan Bun, Mess Matahari juga menyediakan sewa motor untuk tamunya yang ingin berpetualang. So, kurang lengkap apalagi coba?

Alhamdulillah tidur nyenyak di sini

Well, meski baru berdiri 6 bulan tapi Mess Matahari sudah menunjukkan citranya di depan. Saya saja sampai betah dan ingin rasanya menambah satu malam lagi nanti setelah kelar berlayar dari Tanjung Puting. Tapi sayang ketika konfirmasi reschedule pesawat, saya harus menambah cukup banyak untuk perubahan jadwal tersebut. Jadinya, ya sudah, cukup satu malam yang berkesan di Mess Matahari.
So, jika bertapak di Pangkalan Bun, jadikanlah Mess Matahari sebagai tempat kamu menghabiskan malam warna-warni.
Mess Matahari
Jl. P. Antasari No.4 RT 13 RW 05 Kel. Mendawai
Pangkalan Bun –Kalimantan Tengah
0852-4866-7940
Ini dia Mess Matahari – setelah diguyur hujan

You Might Also Like

8 Comments

  1. Review yg sangat membantu sekali mba 😍 Kebetulan banget lagi nyari2 penginapan wilayah pangkalan bun, pertama kali ke kalteng juga, solo traveler juga, makasih mbaaa 😊
    *review lbh bnyak tempat lagi mba spa tau ntar mau jln2 lg biar bsa baca blog mba nya buat referensi 😂

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih sudah mampir 😊
      Siap... memang begitu niatnya, semoga bermanfaat juga bagi yg lain yg nyari informasi sama. Karena ngerasain sendiri betapa kadang minimnya dpt informasi lengkap.

      Hapus
  2. Terimakasih reviewnyaa.. selasa ini Insya Allah menginjakkan kaki di Pangkalan Bun. Rencana juga stay di sini.

    BalasHapus
  3. Penginapannya nyediain sewa motor gk mba

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ada. Waktu itu sempat dikasih pinjam motor petugas yang jaga.

      Hapus
  4. Sangat membantu, kebetulan habis lebaran juga mau solo traveler ke Pangkalan Bun

    BalasHapus